Jumat, 30 April 2010

Cerpen selanjutnya

“ Aku Cuma Ingin Jadi Pacar Kamu”
By : Agnes

“ Sial Telat telat...”
Aku melompat dari tempat tidur dan langsung masuk kedalam mandi. Bahkan aku tidak akan pernah berfikir ini bisa dinamakan mandi bebek atau mandi ayam. Yang jelas begitu keluar aku langsung menumpahkan setengah isi farfumku kebadan.
“ Bun.. kenapa gak bangunin aku sih… telatkan jadinya…” ketusku begitu mendapati Bunda menyiapkan sarapan untuk Ayah.
“ Lho kok malah nyalahin bunda Mbak Tia yang gak mau bangun. Dari tadikan udah bunda bangunin. Tapi jawabannya. Iya Bun. Lima menit lagi.. jadi jangan salahin bunda dong..” aku cemberut.
” Ya udah.. aku pergi.. dada...” Pamitku dan berlari keluar rumah.
“ Gak sarapan…?” aku masih bisa mendengar teriakan Bunda, tapi tidak terlalu aku gubris. Dipikiranku hanya terbanyang kemacetan jalan.
” Tuhan Tolong.. jangan buat hari ini macet...” ucapku dan melajukan mobilku menuju SMA Nusa Bangsa.
*****

” Maaf Buk saya terlambat...” Aku tiba disekolah 20 menit setelah Bu Herni. Guru Matematika dikelasku sudah masuk.
” Chintia.. kenapa kamu bisa terlambat..?” Bu Herni mendekatiku dengan tatapan membunuh.
” Itu buk.. saya..saya telat bangun..” aku hanya dapat menjawab kalimat itu, karena memang aku terlambat bangun. Kenapa juga aku tidak mendengar kalau Bunda berulang kali membanguniku.
” Bohong tuh bu. Chintia keasikan libur mingguan tuh buk.. makanya telat bangun... Ha..ha..ha..” Aku mengalihkan pandangannya pada sudut ruangan kelas. Dimana Rendy duduk. Yang dilihat malah menjulurkan lidah kearahku. Dan membuat aku semangkin dongkol.
” Sudah..sudah.. cepat duduk. Saya tidak mau kamu terlambat untuk besok. Karena besok kita ada ujian..” Bu Herni mempersilahkanku duduk. Ketempatku. Syukur, Bu Herni tidak memberikan aku hukuman.
” Kenapa Ti.. kok lo bisa terlat..?” aku duduk dengan aman, dan disambut Gebby dengan senyumannya.
” Gak tau. Semalam gue kelamaan tidur. Habisnya laporan tentang pentas Seni hari sabtu kemarin baru gue selesain tadi malam. Gue takut Ferdy marah. Karena hasil Perntas seni mau jadi berita utama di Koran Sekolah..” aku menjelaskan sambil mengeluarkan buku matematika serta perangkat tulis lainnya.
” Chintia.. berhenti bercerita.. sekarang saatnya beralajar.” ini karena bangkuku yang berada didepan. Membuatu Bu Herni lebih jelas mendengar kasak kusuk diantara aku dan Gebby. Dan hal itu membuat aku dan Gebby terdiam.Tapi aku masih kesal pada sosok cowok menyebalkan dibelakang sana. Untuk apa dia mencampuri urusanku. Sampai mengatakan hal yang tidak benar.

*****
Waktu istirahat tiba. Aku benar benar ingin menyerang Rendy. Rasanya kekesalanku sudah sampai keubun ubun. Dan saat Rendy melewati bangkuku. Dengan sengaja aku menjulurkan kaki tepat saat Rendy berjalan. Hingga Rendy hampir saja terjatuh.
” Sialan lo ya.. apa maksud lo..” Ujar Rendy marah padaku. Aku hanya menanggapi dengan santai. Bahkan bisa dikatakan tidak menggubrisnya.
“ Heh.. nenek sihir tukang party.. lo tu seharusnya sadar kalau hari ini kesalahan elo bertumpuk. Datangnya telat. Nggak ngerjain tugas bu herni. Sekarang elo sengaja mau ngebuat gue jatuh..” aku mengepalkan jemariku keras. Ingin rasanya aku menjatuhkan pululan bertubi tubi pada bocah satu ini. Tapi tahan..tahan… aku tidak boleh melakukan itu padanya.
“ Kenapa… elo udah gak sabaran iya…? Ratu Party bisa marah juga rupanya. Kenapa elo mau mukul gue.. nih pukul kalau lo berani..pukul Ti pukul…” Rendy mendekatkan wajahnya kepadaku. Ledekan manusia satu ini membuat aku naik darah. Dia pikir aku tidak berani memukulnya.
Rasakan…!!!!
“ Bugh…!” Kesabaranku habis. Semua mata yang melihat kelakuanku tercengang. Aku merasakan kepedihan ditanganku. Tangan ini baru saja mendarat mulus tepat diwajah mulus Rendy. Ini kali pertama aku melakukannya. Dan ini juga atas permintaan dia yang menantangku. Aku benar benar tidak tahan lagi. Rendy memegang hidungnya yang perlahan lahan mengeluarkan darah lalu Rendy jatuh tersungkur.
” Pertama.. gue bukan asik asikan liburan. Gue lagi ngerjain tugas sampai kemaleman dan gue kesiangan,ngerti lo.. yang kedua.. gue bukan sengaja ninggalin buku tugas gue karena kesiangan gue jadi salah bawa buku dan yang ketiga.. tarik kata kata elo yang bilang gue ratu Party. Faham lo. Karena gue bukan kayak elo yang doyan Party, jangan samakan gue sama elo. atau sekali lagi tangan gue ngerusak wajah yang selalu elo bilang tampan.. najis gue sama elo…” aku meneriaki Rendy dengan keras. Sementara Rendy terdiam. Tidak bisa menjawab apa lagi meneriakiku seperti tadi. Beberapa teman yang lain membantunya. Aku sudah merasa puas dengan apa yang baru saja aku lakukan. Rendy melihat tangannya yang berdarah estela memegang hidungnya. Aku tidak ingin terus terusan disini. Dengan langkah santai aku menuju ruang sekertariat Osis, mencari Restu si Ketua Osis.
“ Restu mana…? Nih laporan gue..” Aku menyerahkan Hasil ketikan beritaku pada Ningsih si Sekertaris yang sedang memperbaiki buku keuangan. Eh.. Sekertaris kenapa memperbaiki buku keuangan. Bukannya itu tugas bendahara Osis. Ah masa bodo.
“ Restu lagi di UKS Ti. Katanya Rendy elo hajar ya sampai tu anak pingsan...?” aku menatap Ningsih.
” Dari mana elo tau.. gue gak tau si Rendy pingsan.” aku membela diri. Yang kulihat malah menarik nafas panjang dan meninggalkanku begitu saja.
” Hei.. wei.. Sih lo apa apaan sih. Gue tanya dari mana elo tau...?” Aku menahan Ningsih.
” Buk.. ini sekolah.. ya tentu aja dari anak anak yang lain. Tega lo ya Ti. Udah ah.. gue males ngeladenin cewek kasar kayak elo.” What.. Ningsih bilang aku cewek kasar. Gak salah..? aku mukul Rendy juga karena kesalahan diakan. Kenapa dia mesti ngejelekin aku. Dan kenapa sekarang anak anak yang lain malah ngebelain Rendy bukannya membela aku. Sementara yang lain juga ngedengarkan kalau aku yang di Cerca Rendy. Kenapa dunia malah terbalik membela yang salah.
Aku kembali kekelas. Tapi disana sepi. Kemana semua anak anak. Bukannya ini sudah waktu kembali belajar. Semua juga dengarkan kalau Bap Bambang sudah membunyikan bel dengan keras tadi. Tapi kemana semuanya.. aku langsung menuju bangkuku dan menunggu dengan sabar siapa tau mereka masih asik dikantin.
5 menit....
10 menit...
Kenapa guru juga tidak datang. Ada apa sebenarnya. Dari pada penasan lebih baik keluar. Aku berjalan menuju pintu kelas dan tiba tiba segerombolan anak XII IPA 1 menerobos masuk dan menatapku dengan tatapan tidak jelas.
“ Kenapa kalian…?” tanyaku penasar. Tapi mereka sama sekali tidak menjawab pertanyaanku.
” Tia. Elo tega ya mukul Rendy kayak gitu..” Vika angkat bicara. Dia mewakili semuanya menyalahkanku.
“ Kenapa malah nyalahin gue sih. Kan jelas jelas Rendy tuh yang salah. Diakan yang mengibarkan bendera permusuhan pertama kali sama gue. Bukan Cuma hari ini. Kemarin kemarin juga sering kok. Dia ngeledekin gue. Dia numpahin teh botol dia seragam gue dengan sengaja. Dia ngeletakin Ulat bulu dibangku gue. Jelaskan gue takut sama Ulat.Dia juga bilang yang sebenarnya gue gak lakuin kan. Kenapa elo semua ngebelain dia sih.. jadi elo semua gak masuk karena nungguin tuh bocah di UKS. Apa sih hebatnya si Rendy…?” Aku marah. Jelas aku marah. Ini sebuah penghinaan. Dimana keadilan. Kenapa aku yang disalahkan..?
“ Elo salah besar Tia. Chintia Putri.. elo emang gak punya hati. Gak punya perasaan dan gak bisa ngerti apa yang dilakukan Rendy itu sama elo karena dia punya arti...” Aku memalingkan wajah Ini Chika yang bicara.
“ Kalau gitu apa artinya. Kalau sama cowok kayak dia ngapain gue punya hati..?” ketusku kesal.
“ Gue kasi tau elo ya.. kita semua juga tau kejahilan Rendy sama elo. Waktu Rendy numpahin teh botol dia kebaju elo karena apa.. karena kancing baju elo kebuka dan dia sama sekali gak berani bilang takutnya ntar elo pikir dia merhatiin yang tidak pantas dia perhatiin. Jadi dengan cara itu Rendy ngasi elo kode agar elo ganti segaram dan memperhatkan baju elo biar gak terbuka lagi..” Aku kembali mengalihkan pandangan Santi memberi komentar. Waduh.. aku di sidang satu kelas nih ceritanya.
” Gue juga mau kasi tau elo. Waktu Rendy ngeletakin ulat bulu dibangku elo karena waktu itu bangku elo rusak dan ribut banget kalau diduduki. Lagi pula bangku elo udah mau patah dan kami semua gak tau. Cuma Rendy yang tau. Kalau dia mindahin bangku elo secara langsung, ntar elo kirain dia kurang kerjaan. Jadi dengan cara itu Rendy ngebuat elo pindah bangku. Dan bangku elo diganti. Sadar gak sih elo kalau Rendy itu perhatian sama elo..?” Sekarang Mely. Kenapa mereka semua tau..? kepalaku jadi pusing.
” Rendy bilang elo Ratu Party itu bukan sengaja Tia. Dia juga gak akan setega itu sama elo. Dia Cuma ngelakuin itu agar elo gak ngulangin keterlambatan elo setiap saat. Rendy bilang kalau elo keasikan liburan. Agar sekali lagi elo itu bisa bagi waktu biar elonya bisa konsen belajar. Bukan semata mata ngebilangin yang tidak tidak sama elo Tia. Tapi elonya gak ngerespon. Elo malah ngebuat dia jatuh dan ditambah mukul dia. Kita semua ngecap elo cewek Tega Tia..” Ratih menambahi. aku terdiam. Begitu banyak kejahilan Rendy padaku dan semua kejahilan itu ada maksudnya.
” Siapa suruh dia ngelakuin itu gak bilang bilang sama gue..” aku kembali membela diri.
” Mana ada orang yang suka akan bilang langsung Chintia..” Gebby teman sebangkuku. Sahabatku juga membela Rendy. Dan dia bilang apa.
” Suka aku..? Geb. Elo becanda jangan kelewatan. Si Rendy itru Playboy gue tau itu. Dan dia ngelakuin ini. Ok gue ucapin terima kasih. Tapi kalau elo bilang dia suka gue. Itu menurut gue harus di pikirin deh. Elo salah tu..” ketuku dan mendekat ke arah Gebby. Memegang bahunya keras dan menatap matanya tajam. Aku ingin lihat dimata itu ada kebohongan.
” Gue gak bohong. Dan gak ada yang perlu dipikirin. Semua saksinya. Rendy sendiri yang bilang kalau dia sayang sama elo. Dan itu dia tahan sejak kelas 1 Tia. Elo seharusnya menyadari. Tapi elo malah nganggap Rendy musuh. Dan dia bukan Playboy. Dia ngedeketin banyak cewek karena mau konfirmasi tentang elo. Tapi ternyata kabar ini gak pernah sampai ketelinga elo ya..” Gebby melepaskan cengkramanku dan menjauh. Kembali duduk dibangkunya.
“ Tia.. pukulan elo keras banget tau gak. Sampai hidung si Rendy patah. Elo juga tega teganya. Lo taukan kalau Rendy takut darah. Dia pingsan tau gak gara gara elo.” Ozi menggelengkan kepala melihatku. Aku kembali terdiam. Guru Físika masuk semua kembali ketempat masing masing. Proses penyidanganku berakhir aku hanya kembali kebangkuku dengan sejuta kebingungan. Bagaimana mungkin tidak bingung. Hari ini aku betul betul dikejutkan dengan kabar yang mengatakan Rendy menyukaiku. Rendy melakukan banyak kejahilan padaku karena maksud ini..? karena keperhatian dia padaku. Kenapa aku tidak mengetahuinya..? aku benar benar bersalah pada Rendy.

********
Besoknya Rendy tidak masuk sekolah. Kata Priscila Sekertaris kelas. Rendy harus istirahat dirumah karena hidungnya yang masih bengkak tidak memungkinkan dia untuk hadir kesekolah. Aku jadi merasa bersalah dengan kelakuanku. Aku sadar pukulanku semalam memang keras. Karena malamnya tanganku mendenyut hebat. Terasa nyeri.
” Elo mesti ngejenguk dia Tia..” Tiba tiba Priscila mendekat kebangkuku.
“ Kenapa mesti gue. Anak anak yang lainkan ada. Lagi pula udah ada anggota Humaskan yang tugasnya ngejenguk yang sakit. Gue nyumbang deh. Gue beliin buah kalau elo mau..” tukasku dan menunduk. Aku tidak tahan dilihat terus seakan akan aku narapidana hukum mati.
” Beliin buah dan elo yang nganterin kerumah dia. Elo mesti tau kalau sebenarnya Rendy itu sayang sama elo. Kita gak mau tau.” Sejak kapan anak anak yang lain ngumpul dibangkuku.
” Iya iya.. gue nyerah.. gue bakalan ngejenguk dia. Puas lo semua..” kataku ketus. Aku menyesali kata kataku. Kenapa aku langsung setuju begitu saja. Meyuebalkan. Ini namanya keluar dari mulut harimau masuk kemulut Buaya. Bunuh diri ini namanya.

Begitu bel pulang berbunyi. Priscila menyerahkan uang sumbangan kepadaku.
” Kurangnya elo yang nambahin.” Katanya dan berlalu dari padanganku. Aku hampir saja menangis. Mereka kejam padaku. Walaupun aku yang bersalah. Kenapa mebiarkan aku pergi sendirian. Ini terlalu kejam.
Aku membeli buah sebelum menuju rumah Rendy. Biasanya kalau menjenguk orang sakit biasanya beli buah apa saja ya. Apel,jeruk,anggur,trus mangga ya. Ah gak mungkin orang sakit dikasi mangga. Tapi Rendykan tidak sakit parah. Bodoh amat. Yang penting buah.
Aku sampai dirumah Rendy. Aku baru pertama kali datang kemari. Ini juga sekaligus mau meminta maaf atas kelakuanku padanya. Tapi rumah ini lumayan sepi. Kemana semua Orang.
” Assalamualaikum.. selamat siang....” aku memencet bel sebanyak mungkin. Diluar panas. Rumah Rendy juga terlihat rumah begitu tertutup. Buktinya pagar rumahnya saja menjulang tinggi. Bisa disebut Pagar pencakar langit.
” Nyarik siapa ya non..?” seorang wanita separuh baya membukakan pintu pagar padaku.
” Rendynya ada..? saya temen sekolahnya..” jawabku. Si wanita mempersilahkanku masuk.
” Mas Rendy ada dikamarnya Non. Mau saya panggilkan atau langsung kekamarnya...” tanya si wanita itu lagi.
“ Panggilin aja deh Buk. Saya tunggu disini.” Wanita itu pergi meninggalkanku sebelumnya mempersilahkan aku menunggu diruang tamu. Aku memperhatikan banyak fhoto keluarga Rendy disana. Anak itu selalu terlihat lebih unggul. Buktinya dirumahnya saja lebih banyak fhoto dia dari pada adiknya.
“ Non.. kata Mas Rendy. Langsung kekamarnya saja. Mas Rendy masih terlalu lemah untuk keluar. Silahkan... kamarnya mas Rendy ada diatas..” Begitu kembali Wanita itu langsung mempersilahkanku naik keatas. Rese ya ini anak. Sakit tapi banyak maunya. Mana mungkin hidung yang patah. Tapi masih lemas. Seperti apa sih parahnya. Aku menaiki anak tangga menuju kamar Rendy. Tempat dimana Wanita tadi menunjukkannya. Dan sekarang aku sudah berdiri disana. Kenapa tiba tiba tanganku tidak bisa bergerak.
” Ngapain lo...mau mukul gue lagi” aku kaget. Karena tiba tiba Rendy keluar dari kamarnya. Dia mundur beberapa langkah menjauhi pintu kamar begitu melihatku.
” Aku.. aku..aku..Cuma mau nganterin titipannya anak anak...sama mau minta maaf..” jawabku terbata. Rendy mengagetkanku makanya aku jadi gugup.
” Ya sudah. Kita bicara diteras saja..” dasar tidak sopan. Terima kek bawaan aku dia malah berjalan meninggalkanku.
” Duduk..” aku menurut waktu Rendy mempersilahkanku duduk dibangku besi diteras. Tempatnya asik. Dari sini terlihat taman rumah Rendy. Setauku tadi begitu masuk tidak ada teras dan ini.
” Ini belakang rumah gue..” jawab Rendy seolah tau ke herananku.
” Oh gitu..! ya udah. Gimana keadaan elo..?” tanyaku ketus. Tidak perlu manis manis padanya.
” Seperti yang elo lihat. Hidung gue patah.. puas lo..” aku memperhatikan Rendy. Memang hidungnya di perban.
” Masih sakit..?” tanyaku lagi.
” Udah mendingan. Sebenarnya niat elo apa datang kemari. Bawa buah segala. Tumben nih.” mulai. Dia meledekku lagi. Inikan permintaan anak anak. Bukan kemauanku.
” Heh.. Untung ya gue mau ngejenguk elo. Ini juga anak anak yang maksa Kalau tidak gue juga gak bakalan datang.” Ketusku.
” Tadi gue denger elo bilang mau minta maaf. Gini cara elo minta maaf ke gue..?” aku meliriknya. Dasar Rendy suka sekali memancing emosiku. Kali ini aku harus sabar.
” Iya maafin gue.. gue tau gue salah. Gue tau..kalau selama ini elo perhatian sama gue. Dan gue salah nggak ngerasain itu dari dulu..” ujarku panjang lebar.
” Jadi sekarang elo sadar kalau gue suka sama elo..? hah.. tapi telat Ti.. gue gak suka cewek kasar. Dan gue juga udah gak berharap sama elo lagi. Mulai lusa waktu gue masuk sekolah gue juga gak akan merhatiin elo lagi. Biarin aja apapun yang terjadi sama elo gue MASA BODO...” aku tertunduk. Kenapa tiba tiba perkataan ini rasanya menyakitkan. Seharusnya akukan senang. Karena dengan begini aku tidak akan dijahili Rendy lagi.
” Oh gitu...” kata kata itu melucur begitu saja tanpa aku sadari.
” Kenapa..? elo kecewa..?” Rendy mendekat kearahku. Aku semangkin menundukkan kepalaku.
” Gue datang Cuma mau minta maaf. Dan gak ada ngebahas tentang perasaan elo ke gue. Toh dari dulu gue juga gak pernah ngerasain apa apa sama elo. Gue Cuma baru disadarkan saja sama anak anak yang lebih dulu tau. Dan kalau elo ilfil sama gue karena gue mukul elo. Ya Fine.. gue gak maksa untuk elo memperhatankan perasaan elo ke gue..” aku mengangkat wajahku dan beradu pandangan dengan Rendy. Jantungku tiba tiba berdetak cepat. Tatapan itu begitu membuat aku ingin pingsan. Baru kali ini aku ditatap begitu.
” Jangan lihat gue seperti itu. Seolah olah gue punya salah besar sama elo..” kataku. Rendy malah tertawa.
” Itu gak buat gue tetap suka sama elo. Udah gak usah cemberut. Maaf karena selama ini mungkin apa yang gue buat salah. Gue gak bisa ngungkapin perasaan gue langsung sama elo. Tapi gue juga gak bisa untuk gak merhatiin elo. Tapi Cuma cara cara jahil yang bisa gue buat untuk mengungkapkan itu semua. Gue juga salah gue bilang keanak anak kalau gue suka sama elo. Tapi sama elonya sendiri gue gak pernah bilang. 2 tahun nunggu rasanya sakit banget. Dan gue gak pernah menyangka akan ada kejadian ini. Pukulan elo emang nyakitin. Tapi rasa sakit itu hilang gitu aja karena kehadiran elo sekarang.” Rendy kembali menatapku. Aku membalas menatapnya dan rasanya aku ingin menangis.
” Gue Cuma mau elo itu sadar sendiri dengan apa yang gue buat. Ternyata elo gak nyambung. Gak nalar sama sekali dengan apa yang gue buat. Semua rasanya percuma...” Rendy menjauhiku dan berdiri dipinggiran teras. Aku mendekatinya dan berdiri tepat disebelahnya.
” Gak salah kok Ren. Dan gak percuma.. gue ngerasa terima kasih banget dengan yang elo buat ke gue. Kalau gak ada elo mungkin saat baju gue kebuka bisa jadi tontonan geratis anak anak lain. Dan kalau gak ada ulat bulu dibangku gue. Mungkin gue jatuh dari bangku dan jadi bahan tertawaan anak anak. Gue seneng karena perhatian elo. Dan gue malu ngatain ini. Jangan berhenti untuk ngejahilin gue...” kataku. Dan aku tidak dapat membendung lagi air mataku. Bahkan aku sendiri juga tidak tau. Kenapa bisa menangis. Ini sungguh memalukan. Rendy memalingkan wajahnya kearaku. Dan menyeka air mata yang jatuh dipipiku lembut. Tanganya hangat. Namun aku dapat merasakan kalau jari jari itu bergetar.
” Kenapa nangis. Chintia, Gue nunggu kata kata ini udah lama Ti. Gue pikir elo gak akan pernah bilang. Tia. Gue pingin elo bilang kalau gue gak boleh berhenti ngejahilin elo.. Chintia. Gue Cuma mau ngungkapin perasaan gue ke elo. Tapi gue gak tau caranya gimana. Dan mungkin ini jalannya. Chintia. Aku Cuma pingin jadi pacar kamu...” Rendy kembali menatap hamparan taman didepannya.
” WOIIII....KELUAR...” Teriaknya keras. Aku melihat kearah Rendy. Kenapa dia teriak. Tiba tiba dari balik pohon bambu hias di taman rumah Rendy keluar beberapa tidak hampir semuanya. Mereka teman teman sekelasku.
” Mereka...?? mau apa mereka disini...??” tanyaku bingung. Bagaimana mungkin tidak bingun. Ini sungguh kejutan yang luar biasa.
” Mereka lebih dulu datang dari pada kamu Ti. Mereka yang ngasi tau aku kalau kamu mau datang. WEIII.. GUE UDAH BILANG PERASAAN GUE.... KELUARIN SEPANDUKNYA YET...” Rendy berteriak lagi. Aku melihat kebawah. Disana ada Yetno,Restu,Gebby juga ada. Lalu ada Santi,Mely,Ratih,Priscila dan Ozi juga ada. Mereka semua merencanakan ini. Yetno kembali dan mengulurkan sebuah spanduk bertuliskan.
” MAAFIN RENDY CHINTIA.. TERIMA DIA JADI PACAR KAMU....”
Aku menutup mulutku kaget. Apa apaan ini.
” Maukan maafin aku..?” tanya Rendy. Aku melihatnya.
” Kamu jahat...” ucapku.
” Aku jahat.. karena aku sayang kamu. Aku gak jahat jahat banget kok. Cuma ini yang aku mau. Tapi sulit aku ungkapin..” Rendy menatapku. Aku tertunduk.
” Cukup jawab iya atau tidak kok susah sih...?” tambah Rendy.
” Aku gak tau mau jawab apa..” ujarku.
” Kalau kamu suka. Kamu bisa bilang iya. Kalau kamu gak suka. Kamu tinggal bilang enggak..” tambah Rendy lagi. Aku berfikir. Dibawah sana ada teman temanku. Kalau sampai aku mengatakan tidak atau menggeleng saja. Mereka akan memusuhiku seumur hidupku dikelas. Dan kami masih banyak waktu dikelas untuk bersama sama. Mana mungkin aku tahan kalau dicuekin atau dianggap musuh. Kalau aku iyakan. Bagaimana. Aku memang tidak ingin munafik. Aku juga mulai merasakan rasa ini pada Rendy. Rasa dimana Benci menjadi Cinta. Mungkin aku bisa memulainya, memulai untuk menghentikan permusuhan antara kami.
” Aku mau... mau coba pacaran sama kamu..” jawabku.
” WEIIIII GUE DITERIMA...” Teriak Rendy. Anak anak yang ada ditaman bawah rumah Rendy bersorak kegirangan. Baguslah dengan begini aku tidak akan dimusuhi. Tapi bukan berarti aku menerima Rendy karena tidak ingin dimusuhi anak anak yang lain. Aku Cuma tidak ingin kehilangan Rendy.
Ternyata selama ini Rendy bertahan dengan kata katanya
Susahkan mengatakan
Aku Cuma Ingin Jadi Pacar Kamu...?
Yah sudahlah. Tapi kali ini. Aku jadian sama Rendy. Mudah mudah dia tidak akan jahil padaku. Kalau jahilnya karena menunjukkan perhatiannya. Tidak masalah. Tapi kalau lebih. Jangan...
” Makasih Ti..” ujar Rendy.
” Sama sama..” jawabku singkat.
Rasa haru masih menyelimuti hatiku. Rasa haru dimana cinta itu akan tumbuh dan terus tumbuh dihatiku. Bukan karena mendapatkan Rendy tapi karena mulai dari sekarang aku akan belajar mengerti cara seseorang memperhatikanku. Kalau semua yang mereka lakukan ada artinya.

Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar