Jumat, 30 April 2010

Untuk Mengenang yang pergi/ Cerpen berikutnya

Saat Anton Pergi
By : Agnes
Perlahan lahan.. pemakaman itu semangkin sepi dari orang orang yang baru saja selesai memakamkan seseorang. Aku hanya terduduk lemas tak berdaya. Masih kutatap kosong pusara yag sekarang sudah ditimbun tanah merah diatasnya. Aku sungguh tidak menyangka didalam sana ada jasad seorang yang sangat aku cintai. Jasad itu baru saja dimasukkan didalamnya. Dia seperti sedang tidur dengan senyuman yang menghias dibibirnya. Sungguh tampan. Namun kini senyuman itu tidak akan pernah aku lihat lagi. Karena Anton. Sudah meninggalkan aku dan semuanya untuk selamanya. Dia tidak akan pernah kembali lagi meskipun aku sangat merindukannya..
“ Cit.. yuk kita pulang. Jangan terus terusan seperti ini. Mungkin ini yang terbaik untuk Anton. Kamu mesti kuat sayang..” tangan dingin seseorang mencoba mengangkatku dari sana. Dia ingin memisahkan aku dari kuburan Anton. Aku kembali menangis,terisak, aku sungguh tak sanggup menerima ini semua.
“ Kenapa..?? kenapa Tan.. Kenapa harus Anton yang menerima ini semua.. ini salah aku Tan…” aku menjerit histeris.. dia kembali memelukku. Mama Anton, juga ikut menangis didalam pelukan eratku
“ Sayang... jangan seperti ini.. tante juga sedih.. sangat sedih.. karena tante harus kehilangan Anton. Anak yang sangat tante cintai.. tante sayangi.. tapi Anton letih Cit,6 bulan dia Koma.. dan mungkin ini yang terbaik untuk dia..” Aku terdiam..
“ Tapi ini salah Citra.. kalau Citra gak…” Mama Anton menutup bibirku dengan jari telunjuknnya.
“ Jangan pernah mengkit lagi masa lalu. Kalaupun kita sesali itu semua. Anton tidak akan bisa bersama kita lagi..” katanya sendu. Aku terdiam.
“ Sekarang.. kamu mesti pulang.. kita biarkan Anton istirahat disana. Bersama Allah. Dan kamu juga harus meneruskan pendidikan kamu.. itukan pesan Anton sama kamu. Anton sangat mencintai kamu Cit.. dan dia membawa seluruh cinta itu dalam hatinya. Tersenyumlah sayang.. jangan buat Anton merasa sedih disana jika kamu juga berlarut larut seperti ini..” Lanjutnya dan memnabtuku berjalan. Sungguh aku merasa tulang tulang dikakiku tidak ingin berdiri seperti biasanya. Seperti saat aku berlari di sepanjang trotoar Rumah Sakit untuk menuju kamar UGD, dimana Anton sekarat. Tapi terlambat. Aku datang disaat semuanya sudah berakhir. Yang kulihat hanya senyuman Anton. Dan isak tangis Mama Ira.. Ibunya.


Sebelumnya..!
“ Sayang pliss.. dengerin aku bicara. Semua ini gak seperti apa yang kamu kira..Citra.. dengerin aku. Citra…” Siang itu saat jam istirahat pertama di SMA Nusa Bangsa. Aku dan Anton bertengkar hebat.. ini pertama kalinya aku bertengkar dengan dia setelah 3 tahun aku dan Anton pacaran. Semalam aku mendengar dari teman sekelasnya, kalau Anton sengaja tidak mengajakku pulang bareng seperti biasanya karena Anton beralasan sedang ada tugas penting yang harus dikerjakan. Namun menurut temannya. Anton malah pulang dengan Siska, mantan pacar Anton. Hal itu tentu saja membuat aku marah dan ingin mendengar penjelasan Anton. Tapi Anton diam seribu bahasa saat aku Tanya. Dan ketika emosiku memuncak. Baru Anton ingin menjelaskannya.
“ Kalau Anton mau putus sama Citra.. bilang langsung Ton. Gak gini caranya. Hati Citra sakit.. Anton ngerasain gak sih.. Anton sekarang suka boo’ng.” Ketusku dan mendorong tubuhnya dan mencengkramku.
“ Ok.. Ok Anton salah.. Tapi itu terdesak Say.. sungguh terdesak. Anton pulangnya ke sorean dari sekolah dan saat itu Siska sedang latihan Cierss. So dia gak punya teman pulang dan..”
“ Dan Anton SOK PAHLAWAN gitu dan berniat menolong dia nganterin dia pulang.. iya..??”
“ Terpaksa Say..”
“ Terpaksa..???”
“ Iya sungguh terpaksa.. kitakan emang sering pulang bareng, kenapa sewot sih.. ntar cantiknya Citra ilang lho..”
“ Biarin.. emang kenapa..?? kalau Citra dah gak cantik lagi Antonkan bisa buat jadian sama Siska lagi..”
“ Duh Beib.. jangan mulai dong.. Ini gak seperti yang Citra bayangin. Anton Cuma nganterin dia pulang. Gak ngapai ngapain..”
“ Boo’ng..”
“ Ih.. beneran suer deh..”
“ Boo’ng ya tetap boo’ng..”
“ Gimana lagi caranya supaya Citra percaya sama Anton..??”
“ Gak tau..”
“ Ayolah sayang.. jangan marah.. Anton mohon.. Pliss…” kata Anton memelas dan meraih jemariku.
“ Anton janji ini yang terakhir kalinya Anton kayak gini. Anton gak akan mau ngebonceng cewe’ lain lagi.. Ok..”
“ Janji..???”
“ Janji…” Aku menganguk dan melihat senyuman termanis Anton itu lagi.. aku sungguh mencintainya. Dan aku sangat takut kehilangan dia sebagai laki laki yang aku cintai. Aku tidak ingin Anton itu bersama dengan gadis lain. Karena Anton juga melarangku dekat dengan laki laki lain.
Hubungan kami sudah cukup lama. Sejak masuk SMA Nusa Bangsa. Aku mengenal Anton sebagai sosok cowok yang humoris. Lama kelamaan, kami nyambung dan sering pergi dan pulang sekolah bareng. Hingga aku menyadari kalau benih benih cinta itu tumbuh tanpa kami sadari. Dan hingga sekarang tepat kelas 3. aku dan Anton bahkan sudah menyusun rencana akna melanjutkan Kuliah di Fakultas Hukum di Kota kami. Dan selanjutnya sama sama akan menjadi Pengacara. Sungguh suatu impian yang indah.Hari hari yang aku lewati bersama Anton. Bagai sebuah cerita panjang yang tidak ingin aku habiskan. Indah, bahagia, dan aku tidak bisa mengungkapkannya lagi.

Pulang sekolah Anton mengajakku pulang bersama dia. Dan ini memang biasa Anton lakukan.
“ Say.. kita jalan jalan dulu yuk.. udah lama nih gak jalan..” ajak Anton dan membantuku naik diatas motor bebeknya. Dan motor bebek inilah saksi dari cinta kami berdua.
“ Emang mau kemana…?” tanyaku dan memasang helm pink yang sengaja disediakan Anton untukku.
“ Kemana Aja deh.. Anton pengen ni jadi saat saat yang paling bahagia untuk kita berdua.. dimana hanya ada Anton dan Citra.. gak ada pengganggu yang lain..” katanya dan menghidupkan mesin motornya. Lalu motor itu sudah bersatu dengan kendaraan yang lain. Ada sesuatu yang aneh saat ini pada Anton. Tidak biasanya Anton memakai gelang buatanku ditangan kanannya. Karena setauku Anton sangat tidak menyukai menggunakan gelang apa lagi ditangan kanan. Dan satu lagi.. Anton sama sekali tidak pernah memutar motornya melewati jalan Beringin apa lagi dengan kecepatan seperti ini saat bersamaku. Aku mulai merasakan takut.
“ Yank.. gak usah ngebut dong.. Citra takut nih..” kataku padanya.
“ Oh iya.. Maafin Anton Cit. habis disini sunyi gak ada kendaraan.” Jawabnya pelan.
“ Kok tumben lewat sini? Biasanya kan dari jalan lain..???” Tanyaku padanya.
“ Gak tau nih.. Anton pengen lewat jalan ini.. kita ngebut aja ya..” pintanya padaku.
“ Tapi hati hati ya. Citra gak pengen kalau ntar terjadi Sesutu sama kita..”
Anton memalingkan mukanya kearahku dan tentu saja tidak memperhatikan apa yanga da didepannya.
“ Tenang aja Anton akan selalu bersama Citra jadi Citra gak usah takut..” ujarnya
“ Makasih ya Yank.. Tapi.. ANTON… AWAS.....” keadaan gelap.. aku merasa teramat sakit dikepalaku. Sungguh aku tidak bisa membuka mata. Anton.. dimana Anton.. kenapa aku tidak bisa melihatnya juga.???

Kecelakaan itu terjadi begitu singkat. Aku dan Anton segera dilarikan kerumah sakit terdekat. Untungnya aku tidak mengalami luka parah. Cuma lengan dan kepalaku saja yang luka ringan karena terbentur helm. Lalu Anton. Bagaimana Anton..? saat itu banyak orang yang tidak mau memberi tahuku bagaimana keadaan Anton. Mama Ira malah menyuruhku tetap tenang dan lebih baik memulihkan dulu luka dibadanku. Aku tetap bersikeras ingin tau bagaimana keadan Anton. Dan Mama Ira tetap tidak ingin memberi tahuku keadaannya.
“ Tante..kasi tau Citra apa yang terjadi pada Anton.. jangan bikin Citra semangkin bingung…” pintaku pada Mama Ira.
“ Anton baik baik saja Sayang.. dan dia berpesan agar kamu juga baik baik juga.” Jawab Mama Ira dan aku tau dia sedang menahan air mata dimatanya.
“ Jangan bohong.. katakan tante..” pintaku lagi. Mama Ira malah mengangis dan memelukukku.
“ Anton koma Cit. terjadi pembekuan darah diotaknya dan itui diluar kemampuan Dokter untuk menyelamatkannya. Kalau dioperasipun kemungkian besar Anton tidak tertolong. Karena itu lebih baik Anton tetap dirawat intensif dan memohon pada Allah. Semoga akan ada keajaiban yang dapat menolongnya.” Cerita Mami Ira. Aku terdiam. Membodoh. Tidak bisa melakukan apapun.
Aku Cuma bisa menangis saat itu. Apalagi setelah melihat tubuh Anton di liputi selang alat Bantu pernafasan dan alat Bantu detak jantung untuknya di ruang ICU. Dan tubuhnya yang dulu kekar berisi kini semangkin kurus dan dia seolah olah bukan seperti Anton yang aku kenal.
Aku tetap sabar menemani Anton disana. Selama apapun. Aku hanya berdoa agar dia kembali sehat dan bisa bersama kami lagi. Setiap hari bergantian teman teman kami mengunjunginya. Tak terkecuali kedua orang tuaku. Guru guru. Dan banyak lagi yang terus memanjatkan do’a untuk Anton. Tapi Anton tetap menutup matanya. Bahkan Dokter hanya bisa pasrah dan kembali berserah pada Tuhan. Bila mereka dating dan memeriksa kondisi Anton. 6 bulan lamanya aku tetap bersama Anton. Pulang sekolah aku langsung menemuinya. Bahkan belajar untuk menghadapi ujian UAN pun aku juga berada dosampingnya. Mengajaknya bicara, meski aku juga tidak atau apakah Anton mendengarkannya. Aku merindukan Anton. Tiap malam aku selalu mengis ditepi tempat tidurnya. Sholat malam dan memohon pada Allah agar dia disembuhkan. Tapi perkembangannya malah semangkin buruk. Aku juga tidak tau apakan kesempatan hidup untuknya masih ada. Ini semua salahku. Kalau saat itu aku tidak mengajaknya bicara dan tidak membiarkan dia untuk ngebut. Mungkin hal ini tidak akan terjadi. Tapi semua sudah terjadi. Tidak mungkin bisa diulang kembali. Aku hanya ingin satu. Anton kembali sehat dan tersenyum lagi pada kami.
“ Sayang. Besok adalah ujian hari terakhir. Anton kapan sembuh sih. Disekolah Citra kesepian banget. Ujian juga sendirian. Dan sudah hari terakhir. Anton mesti sembuh dong. Kita kan udah janji mau jadi Pengacara barengan. Citra mohon Anton kuat ya. Buka mata Anton lihat Citra disini..” bisikku pelan pada malam itu ditelinganya.. namun teteap seperti biasa tiada respon apapun dari Anton. Aku tetap menahan tangisanku. Mencoba tegar. Dan jangan menangis didekat Anton.
Namun malam ini begitu dingin. Lain dari biasanya. Aku merasa ada hawa menyeramkan dikamar ini. Biasanya aku selalu berani berdua saja bersama Anton. Tapi mengapa malam ini aku merasa takut…? Tapi aku menepiskannya. Bagaimanapun juga aku akan tetap menemani Anton sampai dia sembuh.
Aku menidurkan kepalaku disebelah tangan Anton dan menggenggap jemari Anton kuat. Sungguh dingin jemari itu saat ini. Aku tidak ingin terjadi apapun pada Anton. Aku jadi ingat seperti film yang pernah aku lihat dan Anton di bioskop saat Anton masih sehat. Anton bertanya padaku.
“ Bila hal itu terjadi pada Anton. Apakah Citra masih setia tetap berada disamping Anton..?” pertanyaan itu seakan menjadi kenyataan. Anton koma sama seperti apa yang kami lihat saat itu. Dan Aku juga memenuhi janjiku. Aku tetap bersama dia meski apapun yang terjadi.
Tanpa terasa aku tertidur dengan lelapnya.
“ Citra.. Citra sayang.. bangun…” aku membuka mataku. Anton…? Anton bangun dari tidurnya..? dia tesenyum padaku dan mengelus kepalaku.
“ Anton…? Kamu udah sembuh..??” tanyaku gembira. Anton mengangguk
“ Lebih baik sekarang Yank..” jawabnya dan mengecup hangat jemariku.
“ Jangan tinggalin Citra lagi ya.. Citra mohon..” pintaku dan memeluknya. Anton membalas memelukku. Tapi tubuh itu dingin.. sangat sangat dingin. Tidak hangat seperti pelukan Anton yang dulu.
“ Citra.. janji ya sama Anton kalau selesai ujian nanti. Citra harus lanjutin kuliah dan jadi pengacara terkenal seperti janji kita dulu..” ucapnya.
“ Iya Citra janji. Dan Anton juga gitu ya. Anton mesti sembuh biar kita bisa sama sama jadi pengacara.” Ujarku lagi. Anton mengangguk.
“ Cit.. Anton capek banget… selang selang ini juga membuat Anton susah bergerak. Anton udah bisa bernafas normal. Citra bilangin sama Dokter ya kalau Anton mau semua ini dilepas biar Anton bisa bebas bergerak. Ya bilangin sama Mama kalau Anton kangen sama Mama. Anton pengen nanti Mama sering sering liat Anton di tempat baru ya..” Pinta Anton. Aku sama sekali tidak mengerti arah bicaranya. Tapi aku hanya mengangukkan kepala.
“ Sekarang.. tutup Mata Citra dan biarin Anton bobok lagi..” Ujar Anton. Aku mengangguk lagi dan melepaskan pelukan Anton. “ Cit..” panggilnya.. aku melihatnya. Dan Anton mendekatkan wajahnya kearahku.
“ Sekarang.. Citra bobok juga. Karena Anton udah gak sakit lagi. Besok semua alat Bantu ini Anton minta dibuka . citra harus ingat itu.” Katanya lagi.
“ Iya sayang. Citra akan bilang besok. Sekarang Anton bobok ya.. biar Anton gak sakit lagi..” kataku dan membantu Anton menarik selimutnya.
Aku kembali tidur dengan menggenggam jemarinya yang semangkin dingin. Dan aku Cuma bisa tersenyum dengan apa yang dilakukan Anton barusan padaku.
****
Aku merasa baru saja aku memejamkan mata saat tangan lembut Mama Ira mengguncangku.
“ Citra.. bangun sayang kamu mesti sekolah..” ujarnya. Aku membuka mataku. Anton. Dia masih seperti sebelumnya. Mana Anton yang aku lihat tadi malam.
“ Tante.. Tadi malam Anton sadar tan..” kataku pada Mama Ira. Mama Ira terkejut.
“ Benarkah..??” tanyanya tak percaya
“ Iya tan.. dia sadar dan dia minta agar semua selang dan alat Bantu detak jantung serta pernafasannya dilepas saja. Karena dia ingin bebas bergerak. Tante bilangin sama Dokter ya..” kataku dengan semangat. Mama Ira melihat kearah tubuh lemah Anton.
“ Kamu gak becandakan Cit..??” Tanya Mama Ira lagi masih belum percaya.
“ Ya ampun Tan. Citra gak boo’ng dan Anton minta tante juga sering sering datang ketempat dia nanti. Citra seneeeng banget semalam sempat ngobrol sama Anton. Tapi dia keburu capek dan minta agar Citra biarin dia tidur lagi. Ya sudah sampai sekarang dia masih tidur lagi.” Ceritaku. Mama Ira yang diam kembali.
“ Ya sudah kalau begitu. Nanti Tante bilang pada Dokter untuk melepas semua ini dari tubuh Anton. Sekarang kamu pulang. Nanti malah telat kesekolahnya.” Ujar Mama Ira dan mencium keningku. Aku mengangguk dan menuruti kata katanya. aku mengambil tas tanganku yang terletak di sofa dan mendekat kearah Anton
“ Sayang.. nanti Mama Anton akan bilang sama Dokter untuk melakukan apa yang Anton bilang semalam sama Citra. Sekarang Citra mau pulang dulu. Karena masih ada ujian. Citra Sayang banget sama Anton..” aku mencium pipi Anton dan bergegas keluar setelah berpamitan pada Mama Ira.

Hari ini aku merasa ujian terakhir ini menghabiskan waktu yang lama banget. Karena aku ingin cepat cepat menemui Anton yang sudah sehat dan duduk ngobrol bersama Mama Ira. Aku terus tersenyum sepanjang ujian kali ini. Aku benar benar bahagia. Selesai ujian aku segera bergegas keparkiran dan mengeluarkan motor bebek milik Anton. Setelah diperbaiki dari rusak hebatnya motor itu sekarang aku yang pakai. Aku segera menuju rumah sakit. Namun saat aku baru saja menghidupkan mesin motor. Hpku bergetar dan Mama Ira memanggil.
“ Ya Tan.. gimana Anton..? udah ngobrol ya..?” tanyaku bahagia. Mama Ira diam
“ Tante.. hallo.. ada apa Tan..?” ulangku.
“ Citra.. kamu cepat ke rumah sakit ya.. setelah alat Bantu detak jantung Anton dilepas dia sekarat dan sekarang ada di UGD. Kamu cepat kesini ya.. tante mohon..” pinta Mama Ira. Ini gak mungkin. Aku merasa lemas. Gak mungkin Anton kembali parah.
“ Citra.. Citra kamu kenapa..?” Dimas dan anak anak yang lain melihat keadanku.
“ Anton.. Dim.. Anton masuk UGD lagi. Pliss. Aku gak bisa bawa motor.. tolong bawa aku kesana.”
Pintaku. Dimas mengangguk dan segera mengambil alih kemudi motor dan membawaku kerumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit. Aku segera berlari menerobos semuanya menuju UGD. Aku ingin cepat cepat sampai disana. Aku harus mengucapkan maaf berkali kalis aat aku menabrak beberapa orang karena terburu buru. Dan sekarang aku sudah berada didepan UGD. Dan menemukan Mama Ira baru keluar dari dalam.
“ Tante.. bagaimana..? Anton baik baik saja kan..???” Tanyaku dan mengguncang tubuh Mama Ira.
“ Tadi saat semua alat Bantu pernafasan dan alat pacu jantungnya dilepas. Tiba tiba saja Anto tersentak dan mengejang. Setelah masuk UGD ternyata Dokter mengatakan kalau pembekuan darah diotak Anton telah memecah dan menyebabkan…. ANTONN………!!!!! Ha.. Citra Anton.. Anton harus pergi Cit.. ha.. hiks..hikss..hiksss..” tangis Mama Ira meledak tak terkecuali aku. Saat pintu UGD terbuka dan tubuh Anton yang sudah bertutup selimut dan berbaring diatas brangkat keluar. Aku membuka selimut yang menutup seluruh muka Anton itu. Kulihat Senyuman manisnya ada disana. Dingin sangat dingin tubuh Anton sekarang.. aku tidak bisa tahan. Aku langsung memeluk Jasad Anton, kekasih yang kucintai itu. Yang kini tinggal Jasad tak bernyawa lagi...
“ Anton.. kamu bohong.. kamu bilang akan sembuh dan sama sama aku untuk jadi pengacara.. kenapa kamu malah ningglin aku.. Anton bangun kamu harus bangun….” Aku menguncang guncang tubuh yang kini lemah tak berdaya itu dengan keras. Namun semua keinginanku sia-sia. Anton tidak akan pernah bangun kembali.
Mama Ira menarik tubuhku, menjauhkanku Dari jasad Anton yang semangkin memucat. Aku dan Mama Ira hanya dapat berpelukan sedih. Bahkan bermimpipun aku tidak pernah kalau Anton sampai meninggalkan kami.
Hari itu juga Jasad Anton dibawa kerumah untuk disemayamkan. Cuaca mendung mengiriingi kepergian Anton ketempat pembaringan terakhirnya. Diantar Aku. Mama Ira. Papaku. Mamaku. Dan seluruh teman teman kami. Aku sungguh tak kuasa dan ingin ikut kedalam saat melihat sedikit demi sedikit tanah mulai memenuhi tempatnya dan mengubur tubuhnya didalam sana. Aku merasa bodoh dan tak kuasa menerima semua ini. Aku tidak menyangka Anton akan meninggal. Semua tidak menyangka Anton yang ramah tamah itu akan meninggalkan kami secepat ini. Apa yang harus aku lakukan setelah dia pergi..??? aku tidak dapat melakukan apapun lagi. Anton satu satunya harapanku untuk tetap kuat. Kini dia pergi meninggalkan aku untuk selamanya.

Aku dan Mama Ira keluar dari gerbang pemakaman. Dari jah aku masih tetap melihat kearah makam Anton yang masih merah. Dan saat Aku dan Mama Ira masuk kedalam mobil. Rintik rintik perlahan hujan turun membasahi makam itu. Aku melarang Mama Ira untuk menghidupkan mesin Mobil. Aku masih ingin melihat lebih lama makam Anton yang semangkin sepi. Tiada lagi yang menemaninya. Juga tidak dengan aku yang selama ini setia berada disisinya.
“ Sebelum Anton mengehembuskan nafas terakhirnya. Dia sempat berkata. Kalau Papa menjemputnya..” Mama Ira memecahkan kesunyian diantara kami yang tetap menatap sendu pada makam Anton. Suara curan hujan menambah kesedihan hatiku mengingat Anton.
“ Dia bilang Papa ingin punya teman Disana..” lanjut Mama Ira.
“ Setelah Papa meninggal. Vita juga ikut meninggalkan Tante. Dan sekarang Anton juga meninggalkan tante. Apakah anak anak Tante lebih menyayangi Papa mereka..?” aku meraih jemari Mama Ira dan menenangkannya.
“ Tante.. jangan sedih lagi ya. Kan ada Citra. Mulai sekarang Citra akan jadi anak tante. Setia bersama tante. Mama dan Papa Citra juga udah setuju. Jadi tante jangan sedih lagi ya..” aku memeluknya dari samping. Mama Ira mencoba tegar.
“ Makasih ya Cit..” ucapnya. Aku mengangguk.
“ Sungguh tante tetap tidak sanggup meniggalkan Anton disana. Dia masih terlalu muda untuk mempertanggung jawabkan semunya di hadapan Allah. Dia masih belum cukup iman..” katanya lagi
“ Mungkin karena Allah sayang sama Anton Tan. Makanya Allah lebih cepat mengambil dia dari Kita. Agar Anton tidak melakukan kesalahan yang lebih fatal lagi. Tapi Citra merasa semua itu cepat banget ya. Kayaknya baru semalam Citra dan Anton pacaran, dan sekarang Anton udah gak ada dihadapan kita lagi.” Lidahku kelu. Aku mencoba menahan air mata yang akan jatuh berderai saat ini.
“ Citra.. Anton memang adil ya, dia meninggalkan kamu saat ujian telah selesai. Kamu hanya tinggal menunggu hasil dari ujian kamu. Dan kamu juga harus menepati janji kamu disaat terakhir Anton tersadar dari komanya..”
“ Citra rasa. Itu hanya mimpi Tan. Anton tidak sadar seperti apa yang terjadi semalam. Anton hanya mengucapkan salam perpisahan pada Citra lewat mimpi. Tapi citra bahagia bisa merasakan saat saat itu… citra janji tan.. mulai bulan depan Citra akan mencoba untuk lebih giat lagi dalam ujian SPMB dan akan melanjutkan cita cita Citra da Anton dulu. Tante do’in ya..” Mama Ira kembali meraih jemariku dan memerasnya kuat.
“ Tante sayang sama kamu Cit. sayang banget. Rasa sayang ingin sama seperti tante menyayangi Anton. Kamu harus tetap disamping tante ya.. jangan tinggalin tante seperti Anton meninggalkan kita..” ucapnya. Aku kembali mengangguk.
“ Ya Tan.. lihat rumah Anton basah… Anton pasti kedinginan disana..” ujarku tak menentu. Mama Ira terisak.
“ Citra.. semalam tante masuk kekamar Anton.. dan tante menemukan ini dilaci meja belajarnya..” Mama Ira membuka tasnya dan mengeluarkan kotak merah kecil dari dalamnya.
“ Apa itu Tan..???” tanyaku penasaran. Mama Ira memberikannya padaku.
“ Cincin…??” tanyaku tak percaya.
“ Tante yakin itu pasti hadiah yang akan diberikan Anton untuk kamu saat kuliah nanti.. karena tante juga menemukan agenda miliknya.. ini sebaiknya kamu simpan baik baik. Dan teruskan cerita cinta kalian disana.” Ujar Mama Ira.
“ Satu lagi. Jangan terus berlanjut dalam kesedihan ini. Semua ini harus kamu jadikan kenangan. Cobalah untuk tetap menghadap kedepan. Bersama tante.. temukan pengganti Anton. Karena Anton juga tidak ingin kamu tetap sendiri.” Tambah Mama Ira
“ Tapi Citra belum siap Tan.. citra belum siap menemukan pengganti Anton. Itu terlalu sulit..” aku menepiskan permintaan Mama Ira itu.
“ Tante tau.. bukan sekarang. Tapi nanti. Setelah luka ini mengering..” kata Mama Ira.
“ Mulai besok kita harus sering sering kesini. Menaburkan bunga dan membacakan do’a untuk keselamatan Anton disana… kamu harus tetap ikut tante ya..”
aku mengangguk mantap. Mama Ira mulai menghidupkan mesin mobilnya. Dan aku tetap memperhatikan makam Anton. Kubuka kotak kecil itu sekali lagi. Mengeluarkan benda bulat didalamnya dan mengenakannya di tangan kananku tepatnya jari manisku. Pass..! itu pass dan tidak kebesaran juga tidak kekecilan. Anton memang orang yang sempurna. Sayang dia terlalu sempurna untuk kumiliki sehingga harus aku relakan dia pergi.
“ Citra janji sama kamu Ton. Citra akan tetap mengenakan cincin ini sampai kapanpun. Seperti cinta Citra yang akan tetap ada untuk anton. Selamanya.. Citra sayang sama Anton..” gumamku dalam hati.
Mobil Mama Ira perlahan menginggalkan pemakaman. Makam Anton. Semangkin lama kulihat semangkin kecil dan hilang saat mobil sudah keluar dan bersatu dalam lalu lintas jalanan. Curah hujan masih tetap mengguyur jalan. Seperti matak yang tak ingin menghabiskan air mataku untuk Anton. Kemendungan Hari ini seperti turut bersedih dengan kepergian Anton. Namun walaupun Anton pergi. Aku akan tetap mengenangnya dalam hati. Walaupun Anton pergi. Cinta suci ini hanya untuk dirinya. Dan setelah Anton pergi.. aku tidak tau.. kapan menemukan cinta sejati..?????



Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar